Minggu, 16 Desember 2007

Proposal

A. Latar Belakang Masalah

Tuntutan sumber daya manusia yang unggul merupakan kebutuhan umat manusia diseluruh belahan dunia. Menjelang diberlakukannya liberalisasi di segala bidang dewasa ini, tuntutan tersebut sangatlah mendesak. Pendidikan berperan sebagai gerbang utama untuk memenuhi semua tuntutan itu. Seringkali

potensi seseorang itu diukur melalui pendidiknya sebagai salah satu elemen terpenting dalam penyelenggaraan pendidikan. Jadi, kurikulum dan pendidik (guru) merupakan usaha untuk mewujudkan tuntutan tersebut.

Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin radio, tape recorder, ataupun komputer yang paling modern sekalipun. Karena masih banyak unsur manusiawinya seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan, dan lain-lain yang merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk menolong dan mempermudah kehidupannya. Sehingga faktor guru perlu mendapat perhatian yang pertama dan utama disamping kurikulumnya. Karena baik buruknya suatu kurikulum tergantung pada aktivitas dan kreatifitas guru dalam menjabarkan dan merealisasikan kurikulum tersebut.

Pada era kemajuan iptek ini, perubahan global semakin cepat terjadi dengan adanya kemajuan-kemajuan dari negara maju dibidang teknologi, informasi dan komunikasi. Kemajuan iptek ini mendorong semakin cepat lajunya proses globalisasi. Munculnya komputer, media televisi, hand pone, merupakan salah satu produk media global yang mendorong terciptanya globalisasi penyiaran informasi dan atau berita, budaya, dan sebagainya secara internasional yang tidak mengenal batas dan waktu.

Dalam arus globalisasi, arus informasi dapat muncul dari berbagai media. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang sedemikian cepat, ia akan “terpuruk” secara professional. Untuk menghadapi profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipasif dan pro aktif. Artinya guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki secara terus menerus. Selama ini terdapat anggapan bahwa kegiatan pendidikan agama di sekolah (sebagai suatu mata pelajaran) sebenarnya suka disebut sebagai kegiatan pendidikan, dan lebih tepat disebut sebagai kegiatan pengajaran. Disamping itu, pendidikan agama Islam di sekolah umum dipandang sebagai suatu kegiatan dengan posisi yang bersifat marginal dalam percaturan problematika pendidikan nasional. Artinya, tidak banyak yang dapat dilakukan oleh para guru pendidikan agama Islam lewat kegiatan pendidikan jenis ini untuk memberikan sumbangan yang berarti bagi lahirnya, baik proses peremajaan sistem pendidikan formal maupun proses pengembangan sistem pendidikan non formal. Kecenderungan semacam itu tidak bisa dilepaskan dari komitmen guru agama yang cukup tinggi dalam meningkatkan kualitas layanan pendidikan agama, etos kerja dan kemampuan profesionalnya dalam pengembangan sistem pendidikan agama di sekolah umum. Karena itu, H. Tarmizi Taher, pada tahun 1996, mensinyalir adanya kelemahan dalam pendidikan agama di sekolah umum, antara lain berupa kekurangan guru agama yang memiliki kemampuan profesional dan sekaligus lemahnya etos kerja para GPAI.[1]

Menurut Dr. Zamroni dalam bukunya “Paradigma Pendidikan Masa Depan” mengatakan bahwa selama ini dalam proses belajar mengajar, anak didik diperlakukan sebagai obyek atau klien dan guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keislaman dan indoktriner, materi bersifat subject oriented, dan manajemennya bersifat sentralitis.[2] Dengan keadaan perkembangan masyarakat itu, maka mendidik merupakan tugas yang tidak bisa dianggap enteng dan memerlukan seseorang yang cukup memiliki kemampuan yang sesuai dengan jabatan tersebut. Mendidik adalah pekerjaan profesional yang tidak diserahkan kepada sembarang orang. Karena peranan guru dalam mendidik tidak saja berperan dalam kegiatan transfer of knowledge tetapi juga berperan sebagai transfer of value. Apalagi yang diajarkannya adalah ajaran agama Islam. Karena orang yang pandai dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu belum tentu dapat mengajarkan ilmunya di depan kelas.

Menurut Abudin Nata, tugas pokok seorang guru adalah mengajar dan menididik.[3] Peran guru tentu tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak siswa (kognitif), tetapi juga melatih ketrampilan (psikomotorik), menanamkan sikap serta nilai (afektif) kepada siswa. Setiap guru diharapkan memiliki karakteristik kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis–pedagogis. Dengan demikian untuk menjadi guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan yang luas, tetapi juga harus memiliki kompetensi. Kompetensi yang dimaksud adalah kemampuan melakukan tugas mengajar yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan.[4] Di era kemajuan teknologi yang semakin canggih sekarang ini, banyak teknologi yang digunakan dalam dunia pendidikan sebagai media pembelajaran, media itu seperti komputer, disini teknologi hanya sebagai media, sehingga dalam memanfaatkan media diperlukan ketrampilan dan kemampuan. Kehadiran guru memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran diharapkan adanya hasil yang memuaskan berupa kecakapan dan ketrampilan peserta didik sebagai manifestasi tercapainya tujuan pembelajaran. Namun hasil yang diharapkan bukan hanya kecakapan dari segi kognitif saja, tetapi juga kecakapan afektif dan psikomotorik. Bagi guru agama, disamping harus dapat memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran agama, juga diharapkan dapat membangun jiwa dan karakter keberagamaan yang dibangun melalui pengajaran agama tersebut. Guru pendidikan agama Islam mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam penanaman akhlak bagi anak didik dalam dunia pendidikan. Sebagai tenaga profesional, maka guru pendidikan agama Islam dituntut memiliki kualifikasi akademik, dan kompetensi.

Seiring dengan berkembangnya zaman, semakin komplek pula berbagai masalah pendidikan yang harus dihadapai. Tuntutan sumber daya pendidik, terlebih pendidik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, mejadi suatu hal yang perlu mendapat perhatian. Disamping memiliki kompetensi personal maupun sosial, guru pendidikan agama Islam juga dituntut memiliki kompetensi pedagodik dan profesional. Dengan terpenuhinya kedua kompetensi tersebut (pedagogik dan proesional), maka akan semakin dekat pula keberhasilan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Predikat guru agama Islam sebagai agen pembelajaran (learning agent) akan terwujud.

Melihat begitu besar peran penting seorang guru dalam proses pembelajaran, maka diperlukan sosok guru yang benar-benar kompeten dan profesional, sehingga proses pemelajaran dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Di sinilah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kompetensi guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam yang meliputi kompetensi pedagogik dan profesional.

Apa yang telah diuraikan di atas terkait dengan proses pembelajaran di MA Darussalam Bumi Agung Kabupaten Kayu Agung. Dalam melakukan pre research di lapangan, penulis melihat bahwa dalam proses pembelajaran di kelas, keterlibatan guru dan murid kurang maksimal, sehingga muncul pertanyaan bagaimana kompentensi guru pendidikan agama Islam tersebut terlebih dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran.

  1. Ilustrasi di atas merupakan gambaran yang ingin ditelaah lebih jauh oleh peneliti terkait dengan kompetensi pedagogik dan profesional guru pendidikan agama Islam dalam kegiatan pembelajaran di MA Darussalam Bumi Agung Kabupaten Kayu Agung serta upaya meningkatkan kompetensi guru pendidikan agama Islam di lembaga tersebut sebagai upaya peningkatan kualitas bagi profesi guru khususnya guru pendidikan agama Islam sebagai tenaga profesional.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulisan Proposal ini mencoba untuk membahas beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam dalam kegiatan pembelajaran di MA Darussalam Bumi Agung
  2. Bagaimana kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam kegiatan pembelajaran di MA Darussalam Bumi Agung
  3. Bagaimana upaya meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional guru pendidikan agama Islam di MA Darussalam Bumi Agung

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam dalam kegiatan pembelajaran di MA Darussalam Bumi Agung

b. Untuk mengetahui kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam kegiatan pembelajaran di MA Darussalam Bumi Agung

c. Untuk mengetahui upaya meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional guru pendidikan agama Islam di MA Darussalam Bumi Agung

2. Kegunaan Penelitian

a. Dapat memperkaya khasanah pengetahuan tentang kompetensi guru yakni kompetensi pedagogik dan profesional sebagai upaya untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan terutama pendidikan agama Islam

b. Untuk memberikan kontribusi pada khasanah keilmuwan pendidikan Islam

D. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara–cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik–baik untuk mengadakan penelitian dan mencapai suatu tujuan penelitian[5]. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pendangan–pandangan filosofis dan ideologi–ideologi, pertanyaan-pertanyaan dan isu–isu yang dihadapi, beberapa peneliti menyebutnya sebagai tradisi penelitian (research traditions).[6]

Menurut jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memahami fenomena sosial dari sudut pandang pelakunya[7]. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan sripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Metode penentuan subyek

Yang dimaksud dengan subyek penelitian ini adalah orang–orang yang menjadi sumber informasi yang dapat memberikan data sesuai dengan masalah yang diteliti.

Adapun yang menjadi sumber informasi adalah :

a. Kepala Sekolah

b. Guru pendidikan agama Islam

c. Wakil Kepala Urusan Kurikulum

d. Karyawan

e. Siswa

Subyek pertama yang akan dipilih adalah informan yang dipandang penting dan sangat mengetahui aspek-aspek yang akan diteliti. Sehingga dalam hal ini yang dijadikan sebagai key informan adalah guru pendidikan agama Islam itu sendiri. Adapun untuk memperoleh data tentang kurikulum pembelajaran di MA Darussalam Bumi Agung, informannya yaitu Wakil Kepala Urusan Kurikulum. terkait dengan data tentang gambaran umum MA Darussalam Bumi Agung, peneliti menjadikan Kapala Sekolah yakni sebagai informan dan juga segenap karyawan tata usaha MA Darussalam Bumi Agung.

2. Metode pengumpulan data

Proses pengumpulan data, dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode agar saling mendukung antara metode yang satu dengan metode yang lainnya. Hal ini dilakukan supaya mendapatkan data secara lengkap, valid dan reliabel yang sesuai dengan pokok permasalahan. Metode pengumpulan data yang digunakan tersebut di atas adalah sebagai berikut :

a. Metode Wawancara

Wawancara sering disebut dengan interview yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk mendapatkan informasi dari terwawancara[8]. Sedangkan Koentjoroningrat menjelaskan, “wawancara atau metode interview, mencakup cara yang dipergunakan kalau seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari responden itu.”[9] Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin, maksudnya adalah wawancara ini dilaksanakan dengan menggunakan kerangka pertanyaan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan muncul pertanyaan baru yang ada kaitannya dengan permasalahan.

Sebagai teknik riset, wawancara mempunyai arti penting karena melalui teknik ini, akan mendapatkan informasi langsung dari subjek yang kita teliti. Di dalam wawancara ini terdapat dua pihak, yang diketahui masing-masing mempunyai kedudukan yang berlainan, disatu pihak mencari informasi dan dilain pihak sebagai pemberi informasi. Dalam usaha untuk memperoleh data yang obyektif, maka di dalam wawancara perlu adanya hubungan yang baik antara pencari informasi dan informannya. Beberapa hal yang diperhatikan dalam melakukan wawancara, antara lain :

1) Menentukan orang-orang yang hendak diwawancara, yakni key informan, kepala sekolah, wakil kepala urusan kurikulum, dan karyawan tata usaha.

2) Mengatur waktu dan tempat wawancara

3) Membuat pedoman wawancara

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdiri dan perkembangan MA Darussalam Bumi Agung Kabupaten Kayu Agung dan data tentang kompetensi guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran serta data lain yang diperlukan dalam penyusunan proposal ini.

b. Metode Observasi

Metode observasi diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematis terhadap segala yang tampak pada obyek penelitian. Ada dua macam observasi yaitu observasi langsung dan observasi tidak langsung.

Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek di tempat kerja di atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama obyek yang diselidiki. Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap obyek dimana observer tidak berada bersama obyek yang diteliti.

Observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.[10] Adapun pengamatan atau observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif (partisipatory observation) yaitu pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Metode ini digunakan untuk memproleh data mengenai kegiatan pembelajaran secara langsung terkait dengan penguasaan guru terhadap materi dan kemampuan mengelola pembelajaran. Metode ini juga digunakan untuk mengetahui letak geografis sekolah, yaitu peneliti mengamati secara langsung.

c. Metode Dokumentasi

  1. Pengertian tentang metode dokumentasi telah dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto bahwa “metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legyer, agenda dan lain sebagainya. Adapun tujuan digunakannya metode dokumentasi ini adalah untuk mencari data mengenai kondisi guru, kondisi siswa, keadaan sarana dan prasarana yang ada di MA Darussalam Bumi Agung Kabupaten Kayu Agung. Sehingga penulis dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan.

3. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah cara analisis yang cenderung menggunakan kata–kata untuk menjelaskan (descrable) fenomena atau data yang didapatkan[11]. Untuk memperoleh keabsahan data, digunakan teknik trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan saseuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu[12]. Hal ini dapat dicapai dengan cara sebagai berikut :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang

e. Membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen yang berlaku[13].

Dapat juga dengan melakukan pengecekan, seperti jawaban dari informan yang diwawancara dicek dengan pengamatan, dicek lagi dengan data dokumenter, kalau perlu diulang lagi dengan wawancara, observasi dan dokumen lain, sehingga ditemukan kenyataan yang sesungguhnya (bukan buatan atau pura-pura).

PENUTUP

A. Simpulan

1. Guru pendidikan agama Islam di MA Darussalam Bumi Agung dalam pembelajaran telah memenuhi syarat sebagai guru yang memiliki kompetensi pedagogik meliputi kemampuan guru dalam merencanakan dan mengelola pembelajaran. Hal ini didasarkan pada beberapa hal: Pertama, kemampuan dalam merencanakan program pembelajaran.. Kedua, kemampuan memotivasi serta mengkondisikan siswa dalam proses pembelajaran.

Pengkondisian siswa dalam pembelajaran meliputi: perencanaan tujuan pembelajaran, pengorganisasian proses belajar, dan penataan lingkungan pembelajaran.. Ketiga, kemampuan menggunakan sumber belajar secara bervariasi.. Keempat, Kemampuan memilih dan memilah metode pembelajaran secara tepat dan bervariasi. Kelima, Kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang mencakup evaluasi proses maupun hasil belajar.

2. Keprofesionalan guru pendidikan agama Islam di MA Darussalam Bumi Agung dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam serta kemampuan memadukan antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu lain yang relevan dan upaya mengaitkan materi tersebut dengan isu-isu kontemporer.

3. Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam untuk meningkatkan kompetensi guru di MA Darussalam Bumi Agung adalah sebagai berikut:

a. Penyaringan penerimaan guru agama baru

b. Pengiriman guru dalam penataran dan seminar

c. Sharing ide baik sesama guru bidang studi atau bidang studi lainnya, serta kepala sekolah

d. Melalui sumber atau potensi yang tersedia, seperti: kyai, perpustakaan, dan masjid

e. Melalui MGMP (Majelis Musyawarah Guru Mata pelajaran)

B. Saran-saran

1. Sekolah

a. Tingkatkan mutu dan kualitas pembelajaran di MA Darussalam Bumi Agung

b. Maksimalkan sumber belajar dalam rangka memperlancar proses pembelajaran

2. Guru Pendidikan Agama Islam

a. Tingkatan kompetensi guru (pedagogik dan profesional) dalam pembelajaran terutama pendidikan agama Islam

b. Manfaatkan sumber belajar ataupun fasilitas yang disediakan dalam kegiatan pembelajaran.

C. Kata penutup

Puji syukur kepada ilahi robbi yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan khazanah keilmuwan serta bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis menyadari akan kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berharap saran, kritik yang membangun guna mewujudkan hasil yang lebih sempurna.

Akhirnya, semoga Allah SWT akan selalu menerangi jalan hidup kita. Amin Penulis



[1] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam : “Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam di Sekolah”, Bandung : Remaja Rosdakarya, cet ke-2, 2002, hal 124-125.

[2] Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta : Bigraf Publhising,2000) hal.

36.

[3] Abudin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta : Grasindo, 2001), hal. 132

[4] Piet. A. Sahertian, Profil Pendidikan Profesional (Yogyakarta : Andi Offset, 1994), hal. 26.

[5] Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung : Mandar Maju, 1996), hal. 20

[6] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2006), hal. 52

[7] Sarjono dkk, Panduan Penulisan Skripsi Jurusan PAI, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah,

2004), hal. 23

[8] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1993), hal. 126

[9] Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : PT Gramedia, 1989))

hal 129.

[10] Ibid hal 134

[11] Drajat Suharjo, Metodologi Penelitian dan Penulisan Laporan Ilmuah, (Yogyakarta : UII,

Press,2003), hal. 12

[12] Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya 2000), hal. 165-166

[13] Ibid, hal. 43

Tidak ada komentar: